c Mengajarkan adab memandang lawan jenis Diantara masalah penting yang wajib diajarkan kepada anak - anak adalah membiasakan adab memandang sejak anak masih berada pada masa tamyiz ( dewasa ), agar anak mengetahui masalah - masalah yang dihalalkan dan diharamkan.
Ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya umat Islam bermain dan dengarkan musik Oleh Syahrudin el-Fikri, Nidya Zuraya Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya umat bermain musik dan mendengarkannya. Banyak orang meyakini bahwa musik bisa membangun kesadaran masyarakat atas kondisi sosial yang terjadi di sekitarnya. Lalu, bagaimanakah Islam memandang musik itu sendiri dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan budaya suatu masyarakat. Dalam Islam, ada dua pandangan terhadap musik. Ada ulama yang membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Perbedaan ini muncul lantaran Alquran tak membolehkan dan melarangnya. Namun demikian, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang boleh atau tidaknya bermain musik, termasuk mendengarkannya. Imam Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar menyatakan, para ulama berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik. Menurut jumhur ulama, hukumnya haram. Sedangkan, Mazhab Ahl al-Madinah, Azh-Zhahiriyah, dan jamaah Sufiyah memperbolehkannya. Abu Mansyur al-Baghdadi dari Mazhab Syafi’i menyatakan, Abdullah bin Ja’far berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Bahkan, dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan budak wanita jawari dengan alat musik, seperti rebab. Persitiwa ini terjadi di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqh Ala Mazhahib al-Arba’ah menyatakan, Al-Ghazali berkata, ”Nas-nas syarak telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, dan memukul rebana sambil bermain perisai dan senjata dalam perang pada hari raya adalah mubah. Sebab, hari seperti itu adalah hari bergembira.” Mengutip perkataan Imam Syafi’i yang mengatakan, sepanjang pengetahuannya, tidak ada seorang pun dari ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian atau suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang dilarang oleh syarak. Ulama Mazhab Hambali menyatakan, tidak halal menggunakan alat musik, seperti seruling, gambus, dan gendang, baik dalam acara seperti pesta pernikahan maupun acara lainnya. Menurut pendapat ini, walaupun acara walimahan, apabila di dalamnya ada alat musik, seseorang tidak wajib untuk memenuhi undangan tersebut. Para ulama Hanafiyah menyatakan, nyanyian yang diharamkan adalah nyanyian yang mengandung kata-kata tidak baik, tidak sopan, porno, dan sejenisnya. Sedangkan, yang dibolehkan adalah yang memuji keindahan bunga, air terjun, gunung, pemandangan alam, dan memuji kebesaran Allah SWT. Ulama terkemuka Dr Yusuf al-Qardawi dalam bukunya, Al-Halaal wal Haraam fil Islam, memperbolehkan musik dengan sejumlah syarat. Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani melarang umat Islam untuk bermusik. Ia mendasarkannya pada salah satu hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari. ”Akan ada dari umatku sebagai kaum yang menghalalkan zina, memakai sutra, minuman keras, dan alat-alat musik.” Musik Sebagai Pemersatu Sebenarnya, sejumlah ritual keagamaan yang dijalankan umat Islam mengandung musikalitas. Salah satu contohnya adalah alunan azan. Selain itu, ilmu membaca Alquran atau ilmu qiraah juga mengandung musik. Secara umum, umat Islam memperbolehkan musik. Bahkan, di era kejayaannya, umat Islam mampu mencapai kemajuan dalam bidang seni musik. Beberapa ulama di Tanah Air menilai, musik memiliki peranan baik jika ditinjau dari segi kehidupan sosial masyarakat ataupun kehidupan beragama. Dalam pandangan Prof KH Didin Hafidhudin, kesenian–termasuk seni musik–merupakan kebutuhan yang sesuai dengan fitrah manusia. ”Islam itu adalah agama yang menghargai fitrah manusia. Karena itu, sah untuk dikembangkan.” Melalui musik, menurut Didin, manusia dari berbagai tempat serta dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda bisa dipertemukan. Selain itu, melalui musik, kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang bisa diasah. ”Orang saling mengenal satu sama lain, di samping juga semakin mengenal siapa dirinya,” ujar KH Didin. Dalam konteks ajaran Islam, lanjut Didin, sebuah karya musik haruslah bertujuan untuk mendekatkan diri seorang manusia kepada sang pencipta, Allah SWT. Namun, yang terjadi sekarang, sambungnya, banyak karya musik yang dihasilkan hanya mengusung tema pemujaan kepada lawan jenis dan kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Ia menilai, paradigma musik saat ini dekat dengan hal yang bersifat hura-hura dan urakan. Dan, itu semua, menurutnya, sudah melekat pada diri para musisi dalam negeri. ”Padahal, ide-ide gagasan tersebut ditularkan kepada masyarakat pendengar. Karena itu, tidak jarang karya musik itu justru menimbulkan kematian dan anarki,” paparnya. Karya musik, ungkap KH Mahmud Ali Zain, selain menjadi sebuah budaya, juga menjadi alat penghibur dan alat untuk berkomunikasi. Karena itu, kata dia, kedudukan musik berbeda-beda. ”Ada yang menyatakan itu barang yang mubah, tetapi ada juga yang memandangnya sebagai sebuah barang yang diharamkan tidak boleh.” Namun, dalam pandangan Islam, menurut Mahmud, sebuah karya musik paling tidak harus memenuhi dua persyaratan, yakni memiliki unsur religi dari sisi lagu dan religi dari sisi pihak yang mengusung lagu tersebut. Dari sisi lagu, harus mengarah kepada pujian kepada Allah SWT. Sementara itu, orang yang membawakan lagu tersebut harus mengenakan pakaian yang sopan dan tidak membuka aurat. ”Karena, dalam kacamata Islam, sebuah karya musik jangan sampai menarik pendengarnya kepada kemaksiatan dan perbuatan dosa. Tetapi, harus bisa menyebabkan orang bertambah takwa, seperti musik yang diusung oleh grup musik Bimbo, Snada, dan lainnya,” urainya. Musik Sebagai Alat Terapi dan Pengobatan Seni musik yang berkembang begitu pesat di era kejayaan Islam tak hanya sekadar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris, seperti Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi 801–873 M dan al-Farabi 872-950 M, telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi. R Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western World menyebutkan bahwa al-Kindi sebagai psikolog Muslim pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M, al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik. ”Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba menyembuhkan seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,” papar Saoud. Terapi musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya, yakni al-Farabi 872-950 M. Al-Farabi menjelaskan terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect. Amber Haque 2004 dalam tulisannya bertajuk Psychology from Islamic Perspective Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists, Journal of Religion and Health mengungkapkan, dalam manuskripnya itu, al-Farabi telah membahas efek-efek musik terhadap jiwa. Terapi musik berkembang semakin pesat di dunia Islam pada era Kekhalifahan Turki Usmani. Prof Nil Sari, sejarawan kedokteran Islam dari Fakultas Kedokteran University Cerrahpasa Istanbul, mengungkapkan perkembangan terapi musik di masa kejayaan Turki Usmani. Menurutnya, gagasan dan pemikiran yang dicetuskan ilmuwan Muslim, seperti al-Razi, al-Farabi, dan Ibnu Sina, tentang musik sebagai alat terapi dikembangkan para ilmuwan di zaman kejayaan Turki Usmani. Mereka adalah Gevrekzade wafat 1801, Suuri wafat 1693, Ali Ufki 1610-1675, Kantemiroglu 1673-1723, serta Hasim Bey abad ke-19 M. Nil Sari mengatakan, para ilmuwan dari Turki Usmani itu sangat tertarik untuk mengembangkan efek musik pada pikiran dan badan manusia. Tak heran jika Abbas Vesim wafat 1759/60 dan Gevrekzade telah mengusulkan agar musik dimasukkan dalam pendidikan kedokteran. Keduanya berpendapat, seorang dokter yang baik harus melalui latihan musik. Usulan Vesim dan Gevrekzade itu diterapkan di universitas-universitas hingga akhir abad pertengahan. Sekolah kedokteran pada saat itu mengajarkan musik serta aritmatika, geometrik, dan astronomi kepada para mahasiswanya. Masyarakat Turki pra-Islam, ungkapnya, meyakini bahwa kosmos diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kata ku’ atau kok’ suara. Mereka meyakini bahwa awal terbentuknya kosmos berasal dari suara. Menurut kepercayaan Islam, seperti yang tertulis dalam Alquran, Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi. ”Dan, bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya, Jadilah.’ Lalu, jadilah ia.” QS Albaqarah 117. Setelah Islam berkembang di Turki, masyarakat negeri itu masih tetap meyakini kekuatan suara. Inilah yang membuat peradaban Islam di era Turki Usmani menyakini bahwa musik dapat menjadi sebuah alat terapi yang dapat menyeimbangkan antara badan, pikiran, dan emosi–sehingga terbentuk sebuah harmoni pada diri seseorang. Karena itu, para ahli terapi musik di zaman Ottoman meyakini bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu atau emosi seseorang dengan temperamen tertentu dapat dipengaruhi oleh ragam musik tertentu. ”Para ahli musik di era Turki Usmani menyatakan, makam tipe melodi tertentu memiliki kegunaan pengobatan tertentu juga,” paparnya. Ada sekitar 80 ragam tipe melodi yang berkembang di masyarakat Turki Usmani. Sebanyak 12 di antaranya bisa digunakan sebagai alat terapi. Menurut Nil Sari, dari teks-teks tua dapat disimpulkan bahwa jenis musik tertentu dapat mengobati penyakit tertentu atau perasaan tertentu. Pada era kejayaan Kesultanan Turki Usmani, terapi musik biasanya digunakan untuk beberapa tujuan, seperti pengobatan kesehatan mental, perawatan penyakit organik, atau perbaikan harmoni seseorang, yakni menyeimbangkan kesehatan antara badan, pikiran, dan emosi. Musik juga diyakini mampu menyebabkan seseorang tertidur, sedih, bahagia, dan bisa pula memacu inteligensia. Nil Sari mengungkapkan, para ilmuwan di era Turki Usmani meyakini bahwa musik memiliki kekuatan dalam proses alam. Musik dapat berfungsi meningkatkan mood dan emosi secara keseluruhan. Bahkan, para ilmuwan di era Ottoman sudah mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk penyakit tertentu. Misalnya, jenis musik huseyni dapat mengobati demam. Sedangkan, jenis musik zengule dan irak untuk mengobati meningitis. Sementara itu, masyarakat Barat baru mengenal terapi musik pada abad ke-17 M. Adalah Robert Burton lewat karya klasiknya berjudul The Anatomy of Melancholy yang mengembangkan terapi musik di Barat. Menurut Burton, musik dan menari dapat menyembuhkan sakit jiwa, khususnya melankolia. Malah, masyarakat Amerika Serikat AS baru mengenal terapi musik sekitar 1944. Pada saat itu, Michigan State University membuka program sarjana terapi musik. Sejak 1998, di Amerika telah berdiri The American Music Therapy Association AMTA. Organisasi ini merupakan gabungan dari National Association for Music Therapy NAMT yang berdiri tahun 1950 dan The American Association for Music Therapy AAMT yang berdiri tahun 1971. Kasidah Gambus dan Rebana Unsur budaya Indonesia yang banyak mendapatkan pengaruh dari budaya Arab adalah seni, terutama seni tari dan seni musik tradisional. Tidak sulit untuk mengetahui jenis-jenis musik apa saja di yang dipengaruhi oleh musik Arab. Melalui teknologi informasi atau museum, kita dapat mengenali persamaan bentuk musik di jazirah Arab dan di negeri ini. Gambus adalah salah satunya. Gambus berkembang pesat di beberapa kawasan Melayu, seperti Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Hingga kini, musik ini masih banyak dimainkan meskipun secara kuantitas tidak seramai dahulu. Sejarah kehadiran musik gambus dapat ditelusuri melalui masuknya Islam di kawasan Melayu. Dra Tengku Sitta Syaritsa dalam Musik Melayu dan Perkembangannya di Sumatra Utara menyatakan, masuknya musik gambus di Sumatra melalui hubungan dagang Kerajaan Melayu Aru yang berpusat di Deli dan Kerajaan Malaka dengan pedagang-pedagang Arab. Dari sini, kontak budaya terus berkembang sehingga melahirkan bentuk-bentuk kesenian baru. Senada dengan pernyataan itu, Tengku Irham, managing director of The Malay Management, mengatakan, selain kesamaan agama antara orang Melayu dan orang Arab, karakter orang Melayu sendiri terbuka bagi budaya-budaya luar. ”Masuknya Islam melalui pantai timur Sumatra memungkinkan terjadinya kontak budaya antarbangsa, termasuk kontak budaya antara Melayu dan Arab. Pengaruh Arab dalam musik Melayu berupa alat musik dan nada lagu. Alat musiknya berupa gambus dan nada lagunya berupa cengkok Melayu yang khas padang pasir,” kata Tengku Irham. Artikel ini diposting di pada 10 Juli 2009 dan ini merupakan posting ulang. Musik, Musiqi, dalam Peradaban Islam
Babasansunda dan Quotes. 1. A bird in hand is worth two in the bush > Seekor burung di tangan lebih berharga daripada dua ekor burung di udara. 2. A burnt child dreads the fire > Pengalaman yang pahit akan membuat seseorang lebih berhati-hati. 3. Action speak louder than words > Banyak bekerja sedikit berbicara. 4.
Dalam khutbah Nabi Muhammad yang terakhir, baginda telah bersabda “Telah sempurna agama Islam untuk kamu dan aku reda agama Islam itu agama kamu”. Ini jelas menunjukkan bahawa agama Islam adalah agama yang sudah lengkap dan merangkumi setiap aspek kehidupan Islam tersebar luas di Semenanjung Arab hingga ke Eropah dan juga ke Asia, maka banyaklah mubaligh-mubaligh Islam dari kalangan orang-orang Arab dan bukan Arab yang datang membawa agama Islam ke sebelah Asia Tenggara sebagai pedagang menyebabkan Islam mula bertapak dan berkembang pesat. Seperti contoh, Melaka menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dan kerajaan Melaka adalah kerajaan dari itu, timbullah perkahwinan campur dari pelbagai kaum antara Melayu tempatan dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Kepelbagaian kaum yang wujud hasil dari perkahwinan campur ini banyak mempengaruhi dan menjadikan adat resam masyarakat Melayu pada ketika itu begitu unik dan bercampur aduk dengan adat atau budaya bangsa pendatang selain bangsa Melayu itu ini dibawa dari generasi ke generasi sehinggalah ke hari ini. Jika dalam lagunya, menyatakan irama dan lagu tidak boleh dipisahkan, jika dipisahkan, rosaklah lagu pincanglah irama. Maka, begitu jugalah adat dengan agama. Adat dan agama bukanlah dua isu yang berbeza, bahkan keduanya adalah satu. Adat didefinasikan sebagai pola kehidupan manusia dalam kelompok yang dibentuk, dihayati dan diamalkan dalam hubungan sesama anggota dibuat dan ditentu oleh manusia, manakala budaya atau adat resam terus mengalami perubahan, baik dari sudut geografi seperti adat perpatih, dan temenggung, waktu seperti adat primitif dan masa kini, status sosial bangsawan atau rakyat, mahupun usia adat orang tua dan muda. Adat seharusnya berlandaskan kepada agama yang hiasan - sumber dari Melayu di Malaysia sinonimnya dikaitkan dengan Islam. Masyarakat Melayu Islam seharusnya tidak keliru di antara adat dan agama supaya nanti tiada yang mengatakan adat yang bercanggah dengan Islam itu adalah salah satu dari tradisi agama resam Melayu berkait dengan cara hidup Melayu itu sendiri, dari mula lahir seseorang anak hinggalah anak itu berkahwin dan seterusnya berakhir dengan Islam seharusnya membimbing adat resam atau budaya Melayu supaya berlandaskan agama dan tidak mengamalkan kepercayaan karut, khurafat dan syirik kepada konteks aqidah, khurafat bermaksud bidaah aqidah yang merupakan kepercayaan kepada sesuatu yang menyalahi syariat yang dibawa oleh Rasulullah juga boleh diertikan sebagai amalan yang tidak mempunyai hakikat kebenaran. Selain itu ia merupakan perkara tahyul yang pada kebiasaannya tidak boleh diterima oleh akal. Seseorang itu boleh dianggap mengamalkan perkara yang khurafat apabila ia berpegang dan beriktiqad dengan perkara-perkara yang bukan daripada ajaran Islam, tidak munasabah dan tidak dapat diterima oleh akal yang Melayu Islam wajib mempercayai bahawa Islam merupakan agama yang suci daripada segala sesuatu yang tidak berfaedah dan Islam juga tidak menghendaki umatnya hidup dalam dunia khayalan atau berbuat sesuatu yang karut lebih-lebih lagi sekiranya ia bertentangan dengan Al-Quran dan Allah Maksudnya Syaitan itu menjanjikan kepada kamu kefakiran dan menyuruh kamu dengan kejahatan, tetapi Allah menjanjikan kamu dengan keampunan daripada-nya dan kelebihan dan Allah maha luas pengetahuannya. Al-Baqarah ayat 268Ayat ini mengingatkan bahawa matlamat syaitan adalah untuk memperdaya dan mengelirukan manusia. Kepercayaan terhadap khurafat amat besar kesannya kepada umat Islam kerana ia akan merosakkan aqidah hingga boleh membawa kepada kekufuran dan syirik kepada Allah kepada perkara-perkara khurafat seperti kuasa penyakit berjangkit, perkara kepada burung hantu boleh membawa keburukan, atau bala’ bulan safar dan lain-lain adalah satu anggapan buruk dan bidaah yang keji serta wajib dihindari oleh umat Rasulullah Maksudnya Tiada jangkitan, tiada sial, tiada kemudharatan burung hantu, tiada bala bulan safar dan larilah engkau dari orang yang berpenyakit kusta seperti engkau lari dari singa. Riwayat BukhariSesuatu bala’ atau musibah tidak akan terjadi kepada manusia kecuali dengan kehendak Allah disamping sebab musabab kejadian begitu, ada kalangan sesetengah masyarakat Islam yang masih mengamalkan amalan berbentuk khurafat seperti mandi safar untuk menolak bala dan membersihkan dosa, menyembah pantai untuk meminta agar mereka selamat apabila berada dilautan, kepercayaan sesetengah orang tentang adanya sial seperti biawak yang melintasi seseorang atau masuk ke dalam rumah dikatakan kecelakaan akan menimpa, adalah karut juga dengan menepung tawar untuk menolak bala. Semua itu adalah kepercayaan khurafat yang mesti aspek psikologi pula, sesiapa yang mempercayai khurafat fikirannya tidak bebas dan berkembang kerana dibelenggu perasaan takut melanggar batas-batas dan kepercayaan turun boleh menyebabkan seseorang itu lemah akal dan imannya kerana kepercayaan terhadap amalan khurafat tersebut telah menafikan kepercayaan kepada konsep qada dan qadar Allah selain itu, ia boleh menjadikan seseorang itu malas berusaha, mudah putus asa, tidak bertawakal kepada Allah dan tidak yakin untuk menghadapi cabaran dan dugaan faktor yang mempengarui wujudnya amalan khurafat dalam masyarakat Melayu Islam adalah kerana kurangnya pengetahuan agama dimana sesetengah masyarakat Melayu Islam tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap agama Islam kerana masih mencampuradukkannya dengan kepercayaan-kepercayaan karut yang diterima turun-temurun dari nenek moyang. Oleh itu, masyarakat Melayu Islam sepatutnya sedar dan insaf dan kembali kepada Allah dan rasulnya dengan merujuk kepada Al-Quran dan samping itu, masyarakat Melayu Islam mestilah memperkukuhkan keimanan kepada Allah dengan menolak kepercayaan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Tiada konsep sial atau bertuah kerana orang yang beriman dan menurut perintah Allah dan rasulnya itulah orang yang bertuah, manakala orang yang ingkar dan tidak taat kepada Allah adalah orang yang akan mendapat Safar adalah salah satu bulan di antara bulan-bulan Islam yang sama dengan bulan-bulan yang lain, tiada bala’ atau sial dalam bulan adat resam masyarakat Melayu yang boleh dikupas satu persatu mengikut penilaian agama, dan jika dinilai dari sudut agama Islam, banyak yang telah lari dan kenapakah masih ada masyarakat Melayu Islam yang masih lagi mengamalkan adat resam yang nyata bercanggah dengan agama Islam yang dianuti? Pepatah ada mengatakan bahawa “biar mati anak, jangan mati adat”, begitu sekali ungkapan yang diberi menunjukkan bahawa adat resam telah sebati dalam pemakaian kehidupan harian masyarakat Melayu sehinggakan ada yang tidak dapat membezakan yang mana satu baik atau buruk untuk amalan sekadar perbincangan dan insya Allah penulis akan mengupas adat resam yang lain untuk artikel yang akan datang. Wasalam.
terjawabMengapa agama mengajarkan adat memandang lawan jenis?? Iklan Jawaban 3.9 /5 177 erlindan untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan maka agama mengajarkan ketentuan ketentuan dalam hal ini makasih u yaa xie xie Sedang mencari solusi jawaban Penjaskes beserta langkah-langkahnya? Pilih kelas untuk menemukan buku sekolah Kelas 5 Kelas 6
3 Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk. 4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga.
ETIKAPERGAULAN REMAJA MUSLIM* Oleh: Muhammad Rouf** A. Pengertian Remaja Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.
Bagaimanamemberikan pembelajaran pendidikan seks untuk anak-anak di zaman era digital (internet, gadjet dll )
Selainitu pandangan matanya tidak fokus, melenceng sekitar 20 derajat. Maka jika ia memandang lurus ke depan artinya yang ia lihat adalah benda di samping benda yang ada persis di depannya dan demikian sebaliknya, sehingga saat berbicara dengan seseorang ia tidak memandang lawan bicaranya tapi ia menoleh ke samping.
Dilihatdari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang
Hindarimemandang lawan jenis kecuali jika benar-benar diperlukan Hindari berjabat tangan dengan lawan jenis kecuali mahram (baca pengertian mahram dan muhrim dalam islam) maupun jabat tangan antara suami dan istri Menutup aurat jika bertemu dengan lawan jenis sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut
Էթевуսу ηаֆип глըлኩ
ጵалиሂርс пοнеτи саթ
Буфራ κиж
Бምዑሰጷапр ξօጋու
ጎκеዪоզаֆխ ωρуслሠπυ пра
Շоፅխς ιዛխኩег
ካажጢ пիφеድυτሩ ֆиψι
Охоժыሜ ջυмθ
KomentarArtikel : Ijtima', ikhtilat, kholwat dan memandang lawan jenis. Ijtima' yaitu bercampur baur kaum lelaki dan wanita disatu tempat tanpa berinteraksi (muamala Komentar Artikel : Ijtima', Ikhtilath, Kholwat dan Memandang Lawan Jenis - Kompasiana.com
Adaberaneka ragam gaya berenang yang bisa Anda praktikkan sbg pemula, salah nya ialah berenang gaya bebas. Renang gaya bebas benar-benar ditujukan buat banyak pemula yang pingin belajar berenang tiada terikat oleh tehnik tehnik spesifik.
rajat Maka jika ia memandang lurus ke depan artinya yang ia lihat adalah benda di samping benda yang ada persis di depannya dan de-mikian sebaliknya, sehingga saat berbicara dengan seseorang ia tidak memandang lawan bicaranya tapi ia menoleh ke samping. Namun, Kucai adalah orang paling optimis yang pernah aku jumpai. Keku-
Mengapa Agama Mengajarkan Adat Memandang Lawan Jenis; Mengapa Belajar Dan Menuntut Ilmu Dikatakan Sebagai Bentuk Yadnya →
KATAPENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul: "WAWASAN KEBANGSAAN SEBAGAI PEDOMAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL". Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
Seringnyamemandang lawan jenis akan memudahkan syetan untuk menggoda manusia dalam berbuat hal munkar. Allah SWT telah berfirman "katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
Adabeberapa model konflik bagi Dahrendorf diantaranya sebagai berikut: 1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan. 2. Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik-konflik sosial. 3. Setiap elemen dalam masyatakat menyumbang pada disintegrasi dan perubahan, dan. 4.